CARAPANDANG - Sedikitnya 1.000 orang turun ke jalan di Antananarivo, ibu kota Madagaskar, pada Kamis (9/10/2025). Mereka yang mengikuti aksi tersebut menuntut agar Presiden Andry Rajoelina segera mengundurkan diri.
Aksi tersebut menjadi gelombang protes terbesar di Madagaskar beberapa tahun terakhir, dipicu keresahan atas pemadaman air dan listrik yang berkepanjangan. Namun, demonstrasi itu dengan cepat berubah menjadi tuntutan politik terhadap pemerintah, dilansir dari Anadolu.
Massa menilai Rajoelina gagal memperbaiki kondisi ekonomi dan infrastruktur dasar negara. Polisi dikerahkan dalam jumlah besar untuk mengendalikan kerumunan dan menembakkan gas air mata serta granat kejut ke arah massa.
Mereka bahkan menggunakan peluru karet terhadap para pengunjuk rasa yang menolak mundur. Demonstrasi ini diorganisir oleh kelompok “Gen Z Madagascar,” yang terdiri dari mahasiswa dan pemuda aktif menyerukan perubahan sosial.
Awalnya, mereka hanya menuntut perbaikan layanan publik seperti air bersih dan listrik. Namun, ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah membuat tuntutan mereka meluas menjadi desakan agar presiden mundur.
Presiden Rajoelina sebelumnya telah membubarkan pemerintahan dan menunjuk beberapa pejabat baru untuk meredakan ketegangan. Namun, langkah tersebut gagal menghentikan gelombang protes dan justru memperburuk ketidakstabilan politik.