Dengan sebuah pergerakan yang sangat cerdik, ia berhasil "meloloskan diri melewati beberapa pemain bertahan lawan" sebelum melepaskan sebuah tembakan dari tepi kotak penalti. Bola meluncur dengan deras dan akurat menuju pojok kanan bawah gawang Indonesia.
Kiper andalan timnas Indonesia, Maarten Paes, yang sebenarnya tampil sangat solid sepanjang pertandingan, tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk bisa menjangkau tendangan tersebut. Gol tunggal inilah yang pada akhirnya menjadi satu-satunya pemisah antara kedua tim dan menjadi penyebab utama kandasnya mimpi Indonesia.
Ironisnya, kekalahan yang diterima oleh timnas Indonesia ini terjadi dalam sebuah pertandingan di mana mereka sebenarnya mampu tampil cukup dominan, terutama dalam hal penguasaan bola dan alur permainan di sepanjang 90 menit.
Para pemain asuhan Kluivert berulang kali menunjukkan "chemistry tim yang hebat." Mereka dengan sabar mengoper-operkan bola dari kaki ke kaki untuk mencoba membongkar pertahanan Irak yang bermain sangat disiplin. Statistik penguasaan bola di awal-awal laga bahkan sempat menunjukkan keunggulan 56 persen untuk Indonesia.
Beberapa peluang emas pun berhasil mereka ciptakan. Sebuah tembakan dari Mauro Zijlstra di babak pertama hanya melenceng tipis dari gawang. Sementara itu, sebuah sepakan keras yang dilepaskan oleh Kevin Diks di babak kedua berhasil dimentahkan secara luar biasa oleh kiper Irak Jalal Hachim.